BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Balakang
Pendidik merupakan salah satu faktor yang paling
menentukan dalam keberhasilan siswa mencapai standar kompetensi dalam kegiatan
belajarnya. Hal tersebut disebabkan karena pendidik adalah orang yang dianggap
serba tahu oleh peserta didik.
Kesalahan paradigma mengajar yang orientasinya hanya
memindahkan ilmu pengetahuan yang dimiliki pendidik kepada peserta didik
melatarbelakangi munculnya model pembelajaran kooperatif yang berlandaskan pada
teori konstruktivisme dan teori humanisme. Model pembelajaran ini memahami
bahwa peserta didik adalah suatu yang aktif dan unik
serta mampu memberdayakan dirinya sendiri jika difasilitasi secara tepat. Untuk melaksanakan model pembelajaran ini di kelas,
terlebih dahulu pendidik harus benar-benar memahami seperti apa model
pembelajaran kooperatif ini.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa yang
Melatarbelakangi munculnya model pembelajaran Kooperatif ?
2.
Bagaimana dan
seperti apa proses dan pelaksanaan model pembelajaran Kooperatif ?
3.
Apa saja kelebihan
model pembelajaran Kooperatif ?
4.
Apa saja kelemahan
model pembelajaran Kooperatif ?
1.3
Tujuan
Tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi
satu tugas mata kulias belajar dan pembelajaran. Selain itu, makalah ini
bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai model pembelajaran Kooperatif.
Model tersebut merupakan salah satu pilihan model pembelajaran yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran di kelas. Maka dari itu, kita sebagai calon
pendidik hendaknya memiliki pemahaman yang cukup baik mengenai model pembelajaran
ini agar pembelajaran di kelas tidak membosankan dan dapat membuat peserta
didik nyaman dalam proses penyampaian materi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Munculnya
Pembelajaran Kooperatif
2.1.1
Kesalahan Paradigma Mengajar
Aliran
lama di bidang belajar dan pembelajaran lebih didasarkan pada teori tabularasa
yang dikemukakan oleh john locke yang memandang siswa sebagai kertas kosong
yang siap dicorat-coret oleh gurunya atau botol kosong yang siap diisi ilmu
pengetahuan oleh gurunya, akibatnya terjadi praktek-praktek belajar dan
pembelajaran yang kalaupun tidak dapat disebut salah kaprah atau kesalahan
paradigma, tetapi kurang
optimal, karena guru membuat
siswa pasif dalam kegiatan belajar dan pembelajaran. Sebagaimana yang digaris
bawahi oleh lie adalah :
a. Memindahkan
pengetahuan dan guru ke siswa. Guru memberikan pelajaran yang telah dikemasnya
dan siswa menerima materi dan melaksanakan tugas-tugasnya. Materi yang
diberikan, banyak yang bersifat hafalan yang harus diingat siswa.
b. Mengisi
botol kosong dengan pengetahuan. Ini dikenal dengan istilah “jug syindrome “ atau sindrom ceret air.
Karena guru menganggap siswa adalah penerima pengetahuan yang pasif.
c. Mengkotak-kotasiswa.
Guru mengelompokan siswa berdasarkan capaian prestasinya, seperti siswa bodoh
dan siswa pintar. Dengan pandangan seperti itu kemampuan siswa direduksi ke
dalam angka-angka.
d. Memacu
siswa keadalam kompetisi bagaikan ayam aduan. Siswa dipacu untuk bekerja keras
untuk saling mengalahkan dengan teman sekelasnya.
Akibat
negative dan pendekatan ini menular kepada perilaku orang tua siswa diantaranya
saling menyombongkan prestasi anaknya. Banyak orang tua mendorong anaknya
menjadi dokter karena dinilai sebagai profesi tertinggi tanpa menyadari bahwa
anaknya memiliki bakat dan cita-citanya sendiri.
2.1.2
Paradigma Baru Belajar
dan Pembelajaran
Para
guru dan dosen lupa bahwa teori-teori modern belajar dan pembelajaran terutama
teori medan, konstruktivisme, dan teori humanism mengingatkan bahwa siswa
adalah suatu yang aktif dan unik serta mampu memberdayakan dirinya sendiri jika
difasilitasi secara tepat. Kooperatif learning yang menurut lie mengandung
gagasan-gagasan sebagai berikut:
a. Pengetahuan
ditemukan, dibentuk dan dikembangkan oleh siswa/ teori konstruktivistik yang
dikembangkan oleh J. Piaget, peran utama guru dalam belajar dan pembelajaran
adalah menciptakan kondisi dan situasi yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk membentuk makna dan materi yang dipelajarinya kemudian merekamnya dalam
ingatan dan suatu saat diingat dan suatu saat kelak digunakan kembali atau dikembangkan lebih lanjut.
b. Siswa
membangun pengetahuan secara aktif sebagaimana pandangan teori konstruktivitik
dalam menerina materi yang diajarkan siswa tidak bersifat pasif. Siswa secara
aktif membangun struktur-struktur baru guna mengakomodasikan
pengalaman-pengalaman baru untuk mencapai kembali keseimbangan kognisi.
Ketidakseimbangan anatara kognisi yang tidak terstruktur dalam diri siswa
dengan kognisi yang terkandung didalam materi pembelajaran yang merupakan
pengalaman barunya.
c. Pengajar
perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa. Kegiatan belajar
dan pembelajaran harus lebih ditekankan pada proses daripada hasil. Untuk itu,
guru harus mengembangkan prose belajar dan pembelajaran yang memfasilitasi
terjadinya kemampuan siswa sampai tinggi yang dia bisa.
d. Pendidikan
adalah interaksi pribadi diantara para siswa dan interaksi antar guru dan
siswa. Belajar adalah proses pribadi tetapi juga proses social yang terjadi
hubungan antar individu dalam membangun pengetahuan dan pengertian bersama.
2.2
Model Pembelajaran Kooperatif
2.2.1
Falsafah Pembelajaran Kooperatif
Berbeda
dengan model pembelajaran kompetisi dan model individual learning yang
menitikberatkan proses belajar dan pembelajaran pada prestasi setinggi-tingginya.
Modelpembelajaran kooperatif
didasarkan falsafah bahwa manusia adalah makhluk social. Model pembelajaran ini
tidak mengenal kompetisi antar individu dan tidak memberikan kesempatan kepada
siswa untuk belajar dengan kecepatan dan iramanya sendiri. Model ini menekankan
kerjasama atau gotong royong sesame siswa dalam mempelajari materi pelajaran.
Ada
dua kemungkinan kerjasama antar siswa dalam kelompok belajarnya, yaitu
kooperatif dan kolaboratif.
a. Kooperatif
adalah kerjasama antara siswa yang berbeda tingkatan kemampuannya. Dalam proses
ini diyakini bahwa tidak ada siswa yang akan menerima manfaat dan kemampuan
yang lebih tinggi. Sedangkan siswa yang kolaboratif adalah kerjasama antara
siswa yang sama tingkat pengetahuannya.
b. kolaboratif
adalah kerjasama antara siswa dengan kemampuan yang setingkat. Kedua pihak
berbagi (share) pengalaman dan pengetahuan sehingga kedua belah pihak yang
bekerja sama akan saling mengisi kekurangan sehingga saling melengkapi.
Hasilnya, kedua belah pihak akan meningkatkan pengetahuannya masing-masing.
2.2.2
Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif
Ada
lima unsur yang menjadi cirri dan yang membedakannya dengan model belajar dan
pembelajaran kelompok yang lain. Yaitu:
a.
Saling ketergantungan
positif
b.
Tanggungjawab
perseorangan
c.
Tatap muka
d.
Komunikasi antar
anggota
e.
Evaluasi-evaluasi
kelompok.
2.2.3
Tahapan-Tahapan Dalam
Menyelenggarakan Pembelajaran
Kooperatif
Berikut
contoh tahapan penyelenggaraan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif.
a. Mempelajari
standar isi dan standar kompetensi siswa dan kurikulum untuk menentukan
karakteristik masalah yang sesuai untuk digunakan sebagai bahan belajar dan
pembelajaran.
b. Pelajari
tingkat pengetahuan siswa untuk mempertimbangkan kompleksitas persoalan yang
akan dijadikan bahan belajar dan pembelajaran.
c. Kelompokan
siswa ke dalam sejumlah kelompok. Upayakan agar kemampuan anggota kelompok
heterogen agar terjadi kegiatan yang bersifat kooperatif dan kolaboratif
learning.
d. Tetapkan
kegiatan yang harus dikerjakan oleh setiap kelompok dengan merujuk kapada hasil
analisis kurikulum dan tingkat kemampuan siswa.
e. Lakukan
penyusunan kelas meliputi penempatan media dan pengaturan tempat duduk.
f. Beri
pengkondisian awal kepada siswa sebelum kegiatan kelompok dimulai meliputi :
-
Perlunya kerjasama
-
Apa yang harus
dikerjakan oleh setiap kelompok
-
Bagaimana mereka
melakukan kegiatan
-
Apa yang boleh
dilakukan dan apa yang tidak boleh
-
Waktu kegiatan
-
Apa hasil yang harus
mereka capai
g. Siswa
melakukan kegiatan belajar kelompok dengan mengikuti petunjuk guru. Guru berkeliling
untuk melakukan supervisi, dan memberikan motivasi agar siswa terlibat aktif
dalam kegiatan, serta memfasilitasi kebutuhan siswa.
h. Menutup
kegiatan belajar dan pembelajaran dengan menyelenggarakan diskusi tentang hasil
kegiatan setiap kelompok. Dalam kegiatan ini guru berperan sebagai moderator
dan sekaligus sebagai penilai.
i.
Guru melakukan
penilaian terhadap hasil kegiatan siswa dan memberikan komentar serta
pengarahan untuk ditindak lanjuti sebagai tindakan pengayaan bagi siswa.
2.3 Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif memiliki manfaat atau kelebihan yang sangat besar dalam memberikan
kesempatan kepada siswa untuk lebih mengembangkan kemampuannya dalam kegiatan
pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam
kegiatan pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk aktif dalam belajar
melalui kegiatan kerjasama dalam kelompok.
Karli dan
Yuliariatiningsih (2002: 72) mengemukakan kelebihan model pembelajaran
kooperatif, yaitu:
1.
Dapat melibatkan siswa secara
aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam suasana
belajar mengajar yang bersifat terbuka dan demokratis.
2.
Dapat mengembangkan aktualisasi
berbagai potensi diri yang telah dimiliki oleh siswa.
3.
Dapat mengembangkan dan melatih
berbagai sikap, nilai, dan keterampilan-keterampilan sosial untuk diterapkan
dalam kehidupan di masyarakat.
4.
siswa tidak hanya sebagai obyek
belajar melainkan juga sebagai subyek belajar karena siswa dapat menjadi tutor
sebaya bagi siswa lainnya.
5.
siswa dilatih untuk bekerjasama,
karena bukan materi saja yang dipelajari tetapi juga tuntutan untuk
mengembangkan potensi dirinya secara optimal bagi kesuksesan kelompoknya.
6.
Memberi kesempatan kepada siswa
untuk belajar memperoleh dan memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara
langsung, sehingga apa yang dipelajarinya lebih bermakna bagi dirinya.
Penggunaan
pembelajaran kooperatif dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, memiliki
berbagai kelebihan atau manfaat. Kelebihan berorientasi pada optimalnya
kegiatan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
efektif melalui dukungan guru dan siswa dalam pembelajaran.
Thabrany
(1993: 94) mengemukakan kelebihan atau keuntungan kerja kelompok atau pembelajaran kooperatif
yaitu:
·
Dapat mengurangi rasa kantuk
dibanding belajar sendiri
·
Dapat merangsang motivasi
belajar.
·
Ada tempat bertanya
·
Kesempatan melakukan resitasi
oral
·
Dapat membantu timbulnya asosiasi
dengan peristiwa lain yang mudah diingat.
2.4 Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
Selain
kelebihannya, pendekatan pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Lie (1999: 29) yaitu:
siswa yang dibagi dalam kelompok
kemudian diberikan tugas. Akibatnya siswa merasa ditinggal sendiri dan karena
mereka belum berpengalaman, merasa bingung dan tidak tahu bagaimana harus
bekerjasama menyelesaikan tugas tersebut sehingga menimbulkan kekacauan dan
kegaduhan.
Berdasarkan
pendapat sebelumnya, jelas bahwa di samping kelebihan atau manfaat yang dapat
dirasakan oleh siswa dalam model pembelajaran kooperatif, juga terdapat
kelemahan di mana hal tersebut menuntut kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran
kooperatif dengan mengawasi proses kerjasama dalam belajar yang dilakukan oleh
siswa.
Thabrany
(1993: 94) mengemukakan kekurangan kerja kelompok atau pembelajaran kooperatif
yaitu:
·
Bisa menjadi tempat mengobrol
atau gosip.
·
Sering terjadi debat sepele di
dalam kelompok, bisa terjadi kesalahan kelompok.
Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif di atas, berikut diuraikan
satu-per satu:
1) Kelebihan
pembelajaran kooperatif
Kelebihan model pembelajaran
kooperatif terdiri atas:
a) Dapat mengurangi rasa kantuk dibanding belajar sendiri
Jika belajar sendiri sering kali rasa bosan timbul dan rasa kantuk pun
datang. Apalagi jika mempelajari pelajaran yang kurang menarik perhatian atau
pelajaran yang sulit. Dengan belajar bersama, orang punya
teman yang memaksa aktif dalam belajar. Demikian pula ada kesempatan bersenda
gurau sesedikit mungkin untuk mengalihkan kebosanan.
b) Dapat merangsang motivasi belajar
Melalui kerja
kelompok, akan dapat menumbuhkan perasaan ada saingan. Jika sudah menghabiskan
waktu dan tenaga yang sama dan ternyata ada teman yang mendapat nilai lebih
baik, akan timbul minat mengejarnya. Jika sudah berada di atas, tentu ingin
mempertahankan agar tidak akan dikalahkan teman-temannya.
c) Ada tempat bertanya
Kerja secara kelompok, maka ada tempat untuk bertanya dan ada orang lain
yang dapat mengoreksi kesalahan anggota kelompok. Belajar sendiri sering
terbentur pada masalah sulit terutama jika mempelajari sejarah. Dalam belajar
berkelompok, seringkali dapat memecahkan soal yang sebelumnya tidak bisa
diselesaikan sendiri. Ide teman dapat dicoba dalam menyelesaikan soal latihan.
Jika ada lima orang dalam kelompok itu, tentu ada lima kepala yang mempunyai
tingkat pengetahuan dan kreativitas yang berbeda. Pada saat membahas suatu
masalah bersama akan ada ide yang saling melengkapi.
d) Kesempatan melakukan resitasi oral
Kerja kekompok, sering anggota kelompok harus berdiskusi dan menjelaskan
suatu teori kepada teman belajar. Inilah saat yang baik untuk resitasi. Akan dijelaskan
suatu teori dengan bahasa sendiri. Belajar mengekspresikan apa yang diketahui,
apa yang ada dalam pikiran ke dalam bentuk kata-kata yang diucapkan.
e) Dapat membantu timbulnya asosiasi dengan perisitwa lain yang
mudah diingat
Melalui kerja kelompok akan dapat membantu timbulnya asosiasi dengan
peristiwa lain yang mudah diingat. Misalnya, jika ketidaksepakatan terjadi di
antara kelompok, maka perdebatan sengit tak terhindarkan. Setelah perdebatan
ini, biasanya akan mudah mengingat apa yang dibicarakan dibandingkan masalah
lain yang lewat begitu saja. Karena dari peristiwa ini, ada telinga yang
mendengar, mulut yang berbicara, emosi yang turut campur dan tangan yang
menulis. Semuanya sama-sama mengingat di kepala. Jika membaca sendirian, hanya rekaman
dari mata yang sampai ke otak, tentu ini dapat kurang kuat.
2) Kelemahan model
pembelajaran kooperatif atau kerja kelompok
Kelemahan
penerapan model pembelajaran kooperatif dalam suatu pembelajaran di sekolah
yaitu:
a)
Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip
Kelemahan
yang senantiasa terjadi dalam belajar kelompok adalah dapat menjadi
tempat mengobrol. Hal ini terjadi jika anggota kelompok tidak mempunyai
kedisiplinan dalam belajar, seperti datang terlambat, mengobrol atau bergosip
membuat waktu berlalu begitu saja sehingga tujuan untuk belajar menjadi
sia-sia.
b)
Sering terjadi debat sepele di dalam kelompok
Debat sepele
ini sering terjadi di dalam kelompok. Debat sepele ini sering berkepanjangan
sehingga membuang waktu percuma. Untuk itu, dalam belajar kelompok harus
dibuatkan agenda acara. Misalnya, 25 menit mendiskusikan bab tertentu,
dan 10 menit mendiskusikan bab lainnya. Dengan agenda acara ini, maka belajar
akan terarah dan tidak terpancing untuk berdebat hal-hal sepele.
c)
Bisa terjadi kesalahan kelompok
Jika ada
satu anggota kelompok menjelaskan suatu konsep dan yang lain percaya sepenuhnya
konsep itu, dan ternyata konsep itu salah, maka semua anggota kelompok berbuat
salah. Untuk menghindarinya, setiap anggota kelompok harus sudah mereview
sebelumnya. Kalau membicarakan hal baru dan anggota kelompok lain belum
mengetahui, cari konfirmasi dalam buku untuk pendalaman.
Model pembelajaran kooperatif di samping memiliki kelebihan juga mengandung
beberapa kelemahan apabila para anggota kelompok tidak menyadari
makna kerjasama dalam kelompok. Oleh karena itu, Thabrany (1993: 96)
menyarankan bahwa “agar kelompok beranggotakan 3, 5 atau 7 orang, jangan lebih
dari 7 dan sebaiknya tidak genap karena dapat terjadi beberapa blok yang saling
mengobrol, dan jangan ada yang pelit artinya harus terbuka pada kawan”.
Kelebihan dan kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif
sebagai strategi mengajar guru, maka hal tersebut dapat menjadi pertimbangan
bagi guru dalam penggunaannya. Namun, faktor profesionalisme guru menggunakan
model tersebut sangat menentukan dan kesadaran murid mengikuti pembelajaran
melalui strategi kelompok. Sasaran pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan belajar
siswa sehingga penggunaan model ini akan memungkinkan siswa lebih aktif,
kreatif dan mandiri dalam belajar sesuai tuntutan materi pelajaran atau
kurikulum.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Model
cooperative Learning didasarkan falsafah bahwa manusia adalah makhluk social.
Model pembelajaran ini tidak mengenal kompetisi antar individu dan tidak
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dengan kecepatan dan iramanya
sendiri. Model ini menekankan kerjasama atau gotong royong sesame siswa dalam
mempelajari materi pelajaran.
Ada lima unsur yang menjadi cirri dan
yang membedakannya dengan model belajar dan pembelajaran kelompok yang lain.
Yaitu:
a. Saling
ketergantungan positif
b. Tanggungjawab
perseorangan
c. Tatap
muka
d. Komunikasi
antar anggota
e. Evaluasi-evaluasi
kelompok.
Tahapan-tahapan dalam menyelenggarakan
Model Pembelajaran Kooperatif, yaitu:
a. Mempelajari
standar isi dan standar kompetensi
b. Pelajari
tingkat pengetahuan siswa
c. Kelompokan
siswa ke dalam sejumlah kelompok
d. Tetapkan
kegiatan yang harus dikerjakan oleh setiap kelompok
e. Lakukan
penyusunan kelas
f.
Beri pengkondisian awal
kepada siswa sebelum kegiatan kelompok dimulai
g. Siswa
melakukan kegiatan belajar kelompok dengan mengikuti petunjuk guru.
h. Menutup
kegiatan belajar dan pembelajaran dengan menyelenggarakan diskusi tentang hasil
kegiatan
i.
Guru melakukan
penilaian terhadap hasil kegiatan siswa
Kelebihan pembelajaran Kooperatif, yaitu :
·
Dapat
mengurangi rasa kantuk dibanding belajar sendiri
·
Dapat
merangsang motivasi belajar
·
Ada tempat
bertanya
·
Kesempatan
melakukan resitasi oral
·
Dapat
membantu timbulnya asosiasi dengan perisitwa lain yang mudah diingat
Kelemahan Pembelajaran Kooperatif :
·
Bisa menjadi
tempat mengobrol atau gosip
·
Sering
terjadi debat sepele di dalam kelompok
·
Bisa terjadi
kesalahan kelompok
Kelebihan
dan kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif sebagai strategi
mengajar guru, maka hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi guru dalam
penggunaannya. Namun, faktor profesionalisme guru menggunakan model tersebut
sangat menentukan dan kesadaran murid mengikuti pembelajaran melalui strategi
kelompok. Sasaran pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan belajar siswa
sehingga penggunaan model ini akan memungkinkan siswa lebih aktif, kreatif dan
mandiri dalam belajar sesuai tuntutan materi pelajaran atau kurikulum.
3.2 Saran
Setelah mempelajari makalah ini diharapkan kita calon
pendidik khususnya, memiliki trambahan satu model pembelajaran sebagai bekal
untuk melaksanakan proses pembelajaran yang sesungguhnya. Model pembelajaran
ini bukanlah satu-satunya model yang harus digunakan oleh guru. Model ini dapat
dipadukan dengan model-model pembelajaran lainnya agar peserta didik tidak
jenih dan dapat menerima materi pembelajaran dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Gintings, Abdorrakhman. 2008. Belajar
dan Pembelajaran . Bandung : Humaniora.
Budimansyah, Dasim. 2002. Model Pembelajaran dan Penilaian. Bandung : PT Genesindo.
Slavin, Robert. 2005. Cooperative Learning.
Bandung: Nusa Media
Winataputra, Udin. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: Universitas Terbuka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar