Selasa, 10 Januari 2012

Cooperative learning


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Balakang
Pendidik merupakan salah satu faktor yang paling menentukan dalam keberhasilan siswa mencapai standar kompetensi dalam kegiatan belajarnya. Hal tersebut disebabkan karena pendidik adalah orang yang dianggap serba tahu oleh peserta didik.
Kesalahan paradigma mengajar yang orientasinya hanya memindahkan ilmu pengetahuan yang dimiliki pendidik kepada peserta didik melatarbelakangi munculnya model pembelajaran kooperatif yang berlandaskan pada teori konstruktivisme dan teori humanisme. Model pembelajaran ini memahami bahwa peserta didik adalah suatu yang aktif dan unik serta mampu memberdayakan dirinya sendiri jika difasilitasi secara tepat. Untuk melaksanakan model pembelajaran ini di kelas, terlebih dahulu pendidik harus benar-benar memahami seperti apa model pembelajaran kooperatif ini.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang Melatarbelakangi munculnya model pembelajaran Kooperatif ?
2.      Bagaimana dan seperti apa proses dan pelaksanaan model pembelajaran Kooperatif ?
3.      Apa saja kelebihan model pembelajaran Kooperatif ?
4.      Apa saja kelemahan model pembelajaran Kooperatif ?

1.3  Tujuan
Tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi satu tugas mata kulias belajar dan pembelajaran. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai model pembelajaran Kooperatif. Model tersebut merupakan salah satu pilihan model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas. Maka dari itu, kita sebagai calon pendidik hendaknya memiliki pemahaman yang cukup baik mengenai model pembelajaran ini agar pembelajaran di kelas tidak membosankan dan dapat membuat peserta didik nyaman dalam proses penyampaian materi.




























BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Munculnya Pembelajaran Kooperatif
2.1.1        Kesalahan Paradigma  Mengajar
Aliran lama di bidang belajar dan pembelajaran lebih didasarkan pada teori tabularasa yang dikemukakan oleh john locke yang memandang siswa sebagai kertas kosong yang siap dicorat-coret oleh gurunya atau botol kosong yang siap diisi ilmu pengetahuan oleh gurunya, akibatnya terjadi praktek-praktek belajar dan pembelajaran yang kalaupun tidak dapat disebut salah kaprah atau kesalahan paradigma, tetapi kurang optimal, karena guru membuat siswa pasif dalam kegiatan belajar dan pembelajaran. Sebagaimana yang digaris bawahi oleh lie adalah :
a.       Memindahkan pengetahuan dan guru ke siswa. Guru memberikan pelajaran yang telah dikemasnya dan siswa menerima materi dan melaksanakan tugas-tugasnya. Materi yang diberikan, banyak yang bersifat hafalan yang harus diingat siswa.
b.      Mengisi botol kosong dengan pengetahuan. Ini dikenal dengan istilah “jug syindrome “ atau sindrom ceret air. Karena guru menganggap siswa adalah penerima pengetahuan yang pasif.
c.       Mengkotak-kotasiswa. Guru mengelompokan siswa berdasarkan capaian prestasinya, seperti siswa bodoh dan siswa pintar. Dengan pandangan seperti itu kemampuan siswa direduksi ke dalam angka-angka.
d.      Memacu siswa keadalam kompetisi bagaikan ayam aduan. Siswa dipacu untuk bekerja keras untuk saling mengalahkan dengan teman sekelasnya.
Akibat negative dan pendekatan ini menular kepada perilaku orang tua siswa diantaranya saling menyombongkan prestasi anaknya. Banyak orang tua mendorong anaknya menjadi dokter karena dinilai sebagai profesi tertinggi tanpa menyadari bahwa anaknya memiliki bakat dan cita-citanya sendiri.
2.1.2        Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
Para guru dan dosen lupa bahwa teori-teori modern belajar dan pembelajaran terutama teori medan, konstruktivisme, dan teori humanism mengingatkan bahwa siswa adalah suatu yang aktif dan unik serta mampu memberdayakan dirinya sendiri jika difasilitasi secara tepat. Kooperatif learning yang menurut lie mengandung gagasan-gagasan sebagai berikut:
a.       Pengetahuan ditemukan, dibentuk dan dikembangkan oleh siswa/ teori konstruktivistik yang dikembangkan oleh J. Piaget, peran utama guru dalam belajar dan pembelajaran adalah menciptakan kondisi dan situasi yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk membentuk makna dan materi yang dipelajarinya kemudian merekamnya dalam ingatan dan suatu saat diingat dan suatu saat kelak digunakan  kembali atau dikembangkan lebih lanjut.
b.      Siswa membangun pengetahuan secara aktif sebagaimana pandangan teori konstruktivitik dalam menerina materi yang diajarkan siswa tidak bersifat pasif. Siswa secara aktif membangun struktur-struktur baru guna mengakomodasikan pengalaman-pengalaman baru untuk mencapai kembali keseimbangan kognisi. Ketidakseimbangan anatara kognisi yang tidak terstruktur dalam diri siswa dengan kognisi yang terkandung didalam materi pembelajaran yang merupakan pengalaman barunya.
c.       Pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa. Kegiatan belajar dan pembelajaran harus lebih ditekankan pada proses daripada hasil. Untuk itu, guru harus mengembangkan prose belajar dan pembelajaran yang memfasilitasi terjadinya kemampuan siswa sampai tinggi yang dia bisa.
d.      Pendidikan adalah interaksi pribadi diantara para siswa dan interaksi antar guru dan siswa. Belajar adalah proses pribadi tetapi juga proses social yang terjadi hubungan antar individu dalam membangun pengetahuan dan pengertian bersama.

2.2  Model Pembelajaran Kooperatif
2.2.1        Falsafah Pembelajaran Kooperatif
Berbeda dengan model pembelajaran kompetisi dan model individual learning yang menitikberatkan proses belajar dan pembelajaran pada prestasi setinggi-tingginya. Modelpembelajaran kooperatif didasarkan falsafah bahwa manusia adalah makhluk social. Model pembelajaran ini tidak mengenal kompetisi antar individu dan tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dengan kecepatan dan iramanya sendiri. Model ini menekankan kerjasama atau gotong royong sesame siswa dalam mempelajari materi pelajaran.
Ada dua kemungkinan kerjasama antar siswa dalam kelompok belajarnya, yaitu kooperatif dan kolaboratif.
a.       Kooperatif adalah kerjasama antara siswa yang berbeda tingkatan kemampuannya. Dalam proses ini diyakini bahwa tidak ada siswa yang akan menerima manfaat dan kemampuan yang lebih tinggi. Sedangkan siswa yang kolaboratif adalah kerjasama antara siswa yang sama tingkat pengetahuannya.
b.      kolaboratif adalah kerjasama antara siswa dengan kemampuan yang setingkat. Kedua pihak berbagi (share) pengalaman dan pengetahuan sehingga kedua belah pihak yang bekerja sama akan saling mengisi kekurangan sehingga saling melengkapi. Hasilnya, kedua belah pihak akan meningkatkan pengetahuannya masing-masing.


2.2.2        Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif
Ada lima unsur yang menjadi cirri dan yang membedakannya dengan model belajar dan pembelajaran kelompok yang lain. Yaitu:
a.         Saling ketergantungan positif
b.        Tanggungjawab perseorangan
c.         Tatap muka
d.        Komunikasi antar anggota
e.         Evaluasi-evaluasi kelompok.
2.2.3        Tahapan-Tahapan Dalam Menyelenggarakan Pembelajaran Kooperatif
Berikut contoh tahapan penyelenggaraan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif.
a.       Mempelajari standar isi dan standar kompetensi siswa dan kurikulum untuk menentukan karakteristik masalah yang sesuai untuk digunakan sebagai bahan belajar dan pembelajaran.
b.      Pelajari tingkat pengetahuan siswa untuk mempertimbangkan kompleksitas persoalan yang akan dijadikan bahan belajar dan pembelajaran.
c.       Kelompokan siswa ke dalam sejumlah kelompok. Upayakan agar kemampuan anggota kelompok heterogen agar terjadi kegiatan yang bersifat kooperatif dan kolaboratif learning.
d.      Tetapkan kegiatan yang harus dikerjakan oleh setiap kelompok dengan merujuk kapada hasil analisis kurikulum dan tingkat kemampuan siswa.
e.       Lakukan penyusunan kelas meliputi penempatan media dan pengaturan tempat duduk.
f.       Beri pengkondisian awal kepada siswa sebelum kegiatan kelompok dimulai meliputi :
-          Perlunya kerjasama
-          Apa yang harus dikerjakan oleh setiap kelompok
-          Bagaimana mereka melakukan kegiatan
-          Apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh
-          Waktu kegiatan
-          Apa hasil yang harus mereka capai
g.      Siswa melakukan kegiatan belajar kelompok dengan mengikuti petunjuk guru. Guru berkeliling untuk melakukan supervisi, dan memberikan motivasi agar siswa terlibat aktif dalam kegiatan, serta memfasilitasi kebutuhan siswa.
h.      Menutup kegiatan belajar dan pembelajaran dengan menyelenggarakan diskusi tentang hasil kegiatan setiap kelompok. Dalam kegiatan ini guru berperan sebagai moderator dan sekaligus sebagai penilai.
i.        Guru melakukan penilaian terhadap hasil kegiatan siswa dan memberikan komentar serta pengarahan untuk ditindak lanjuti sebagai tindakan pengayaan bagi siswa.

2.3 Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki manfaat atau kelebihan yang sangat besar dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mengembangkan kemampuannya dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk aktif dalam belajar melalui kegiatan kerjasama dalam kelompok.
Karli dan Yuliariatiningsih (2002: 72) mengemukakan kelebihan model pembelajaran kooperatif, yaitu:
1.      Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam suasana belajar mengajar yang bersifat terbuka dan demokratis. 
2.      Dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang telah dimiliki oleh siswa. 
3.      Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai, dan keterampilan-keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di masyarakat. 
4.      siswa tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan juga sebagai subyek belajar karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya. 
5.      siswa dilatih untuk bekerjasama, karena bukan materi saja yang dipelajari tetapi juga tuntutan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal bagi kesuksesan kelompoknya. 
6.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, sehingga apa yang dipelajarinya lebih bermakna bagi dirinya.
Penggunaan pembelajaran kooperatif dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, memiliki berbagai kelebihan atau manfaat. Kelebihan berorientasi pada optimalnya kegiatan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif melalui dukungan guru dan siswa dalam pembelajaran.
Thabrany (1993: 94) mengemukakan kelebihan atau keuntungan  kerja kelompok atau pembelajaran kooperatif yaitu:
·         Dapat mengurangi rasa kantuk dibanding belajar sendiri 
·         Dapat merangsang motivasi belajar. 
·         Ada tempat bertanya 
·         Kesempatan melakukan resitasi oral 
·         Dapat membantu timbulnya asosiasi dengan peristiwa lain yang mudah diingat.
2.4 Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
Selain kelebihannya, pendekatan pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Lie (1999: 29) yaitu:
siswa yang dibagi dalam kelompok kemudian diberikan tugas. Akibatnya siswa merasa ditinggal sendiri dan karena mereka belum berpengalaman, merasa bingung dan tidak tahu bagaimana harus bekerjasama menyelesaikan tugas tersebut sehingga menimbulkan kekacauan dan kegaduhan.
Berdasarkan pendapat sebelumnya, jelas bahwa di samping kelebihan atau manfaat yang dapat dirasakan oleh siswa dalam model pembelajaran kooperatif, juga terdapat kelemahan di mana hal tersebut menuntut kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan mengawasi proses kerjasama dalam belajar yang dilakukan oleh siswa.
Thabrany (1993: 94) mengemukakan kekurangan kerja kelompok atau pembelajaran kooperatif yaitu:
·         Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip. 
·         Sering terjadi debat sepele di dalam kelompok, bisa terjadi kesalahan kelompok.

Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif di atas, berikut diuraikan satu-per satu:
1)    Kelebihan pembelajaran kooperatif
Kelebihan model pembelajaran kooperatif terdiri atas:
a)   Dapat mengurangi rasa kantuk dibanding belajar sendiri
Jika belajar sendiri sering kali rasa bosan timbul dan rasa kantuk pun datang. Apalagi jika mempelajari pelajaran yang kurang menarik perhatian atau pelajaran yang sulit. Dengan belajar bersama, orang punya teman yang memaksa aktif dalam belajar. Demikian pula ada kesempatan bersenda gurau sesedikit mungkin untuk mengalihkan kebosanan.
b)   Dapat merangsang motivasi belajar
Melalui kerja kelompok, akan dapat menumbuhkan perasaan ada saingan. Jika sudah menghabiskan waktu dan tenaga yang sama dan ternyata ada teman yang mendapat nilai lebih baik, akan timbul minat mengejarnya. Jika sudah berada di atas, tentu ingin mempertahankan agar tidak akan dikalahkan teman-temannya.
c)   Ada tempat bertanya
Kerja secara kelompok, maka ada tempat untuk bertanya dan ada orang lain yang dapat mengoreksi kesalahan anggota kelompok. Belajar sendiri sering terbentur pada masalah sulit terutama jika mempelajari sejarah. Dalam belajar berkelompok, seringkali dapat memecahkan soal yang sebelumnya tidak bisa diselesaikan sendiri. Ide teman dapat dicoba dalam menyelesaikan soal latihan. Jika ada lima orang dalam kelompok itu, tentu ada lima kepala yang mempunyai tingkat pengetahuan dan kreativitas yang berbeda. Pada saat membahas suatu masalah bersama akan ada ide yang saling melengkapi.
d)  Kesempatan melakukan resitasi oral
Kerja kekompok, sering anggota kelompok harus berdiskusi dan menjelaskan suatu teori kepada teman belajar. Inilah saat yang baik untuk resitasi. Akan dijelaskan suatu teori dengan bahasa sendiri. Belajar mengekspresikan apa yang diketahui, apa yang ada dalam pikiran ke dalam bentuk kata-kata yang diucapkan.
e)   Dapat membantu timbulnya asosiasi dengan perisitwa lain yang mudah diingat
Melalui kerja kelompok akan dapat membantu timbulnya asosiasi dengan peristiwa lain yang mudah diingat. Misalnya, jika ketidaksepakatan terjadi di antara kelompok, maka perdebatan sengit tak terhindarkan. Setelah perdebatan ini, biasanya akan mudah mengingat apa yang dibicarakan dibandingkan masalah lain yang lewat begitu saja. Karena dari peristiwa ini, ada telinga yang mendengar, mulut yang berbicara, emosi yang turut campur dan tangan yang menulis. Semuanya sama-sama mengingat di kepala. Jika membaca sendirian, hanya rekaman dari mata yang sampai ke otak, tentu ini dapat kurang kuat.
2)    Kelemahan model pembelajaran kooperatif atau kerja kelompok 
Kelemahan penerapan model pembelajaran kooperatif dalam suatu pembelajaran di sekolah yaitu:
a)   Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip
Kelemahan yang senantiasa terjadi dalam belajar kelompok adalah dapat menjadi  tempat mengobrol. Hal ini terjadi jika anggota kelompok tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang terlambat, mengobrol atau bergosip membuat waktu berlalu begitu saja sehingga tujuan untuk belajar menjadi sia-sia.
b)   Sering terjadi debat sepele di dalam kelompok
Debat sepele ini sering terjadi di dalam kelompok. Debat sepele ini sering berkepanjangan sehingga membuang waktu percuma. Untuk itu, dalam belajar kelompok harus dibuatkan agenda acara. Misalnya, 25 menit  mendiskusikan bab tertentu, dan 10 menit mendiskusikan bab lainnya. Dengan agenda acara ini, maka belajar akan terarah dan tidak terpancing untuk berdebat hal-hal sepele.
c)   Bisa terjadi kesalahan kelompok
Jika ada satu anggota kelompok menjelaskan suatu konsep dan yang lain percaya sepenuhnya konsep itu, dan ternyata konsep itu salah, maka semua anggota kelompok berbuat salah. Untuk menghindarinya, setiap anggota kelompok harus sudah mereview sebelumnya. Kalau membicarakan hal baru dan anggota kelompok lain belum mengetahui, cari konfirmasi dalam buku untuk pendalaman.
Model pembelajaran kooperatif di samping memiliki kelebihan juga mengandung beberapa kelemahan apabila para anggota kelompok  tidak  menyadari makna kerjasama dalam kelompok. Oleh karena itu, Thabrany (1993: 96) menyarankan bahwa “agar kelompok beranggotakan 3, 5 atau 7 orang, jangan lebih dari 7 dan sebaiknya tidak genap karena dapat terjadi beberapa blok yang saling mengobrol, dan jangan ada yang pelit artinya harus terbuka pada kawan”.
Kelebihan dan kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif sebagai strategi mengajar guru, maka hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi guru dalam penggunaannya. Namun, faktor profesionalisme guru menggunakan model tersebut sangat menentukan dan kesadaran murid mengikuti pembelajaran melalui strategi kelompok. Sasaran pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan belajar siswa sehingga penggunaan model ini akan memungkinkan siswa lebih aktif, kreatif dan mandiri dalam belajar sesuai tuntutan materi pelajaran atau kurikulum.




























BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1  Kesimpulan
Model cooperative Learning didasarkan falsafah bahwa manusia adalah makhluk social. Model pembelajaran ini tidak mengenal kompetisi antar individu dan tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dengan kecepatan dan iramanya sendiri. Model ini menekankan kerjasama atau gotong royong sesame siswa dalam mempelajari materi pelajaran.
Ada lima unsur yang menjadi cirri dan yang membedakannya dengan model belajar dan pembelajaran kelompok yang lain. Yaitu:
a.       Saling ketergantungan positif
b.      Tanggungjawab perseorangan
c.       Tatap muka
d.      Komunikasi antar anggota
e.       Evaluasi-evaluasi kelompok.
Tahapan-tahapan dalam menyelenggarakan Model Pembelajaran Kooperatif, yaitu:
a.       Mempelajari standar isi dan standar kompetensi
b.      Pelajari tingkat pengetahuan siswa
c.       Kelompokan siswa ke dalam sejumlah kelompok
d.      Tetapkan kegiatan yang harus dikerjakan oleh setiap kelompok
e.      Lakukan penyusunan kelas
f.        Beri pengkondisian awal kepada siswa sebelum kegiatan kelompok dimulai
g.       Siswa melakukan kegiatan belajar kelompok dengan mengikuti petunjuk guru.
h.      Menutup kegiatan belajar dan pembelajaran dengan menyelenggarakan diskusi tentang hasil kegiatan
i.         Guru melakukan penilaian terhadap hasil kegiatan siswa

Kelebihan pembelajaran Kooperatif, yaitu :
·         Dapat mengurangi rasa kantuk dibanding belajar sendiri
·         Dapat merangsang motivasi belajar
·         Ada tempat bertanya
·         Kesempatan melakukan resitasi oral
·         Dapat membantu timbulnya asosiasi dengan perisitwa lain yang mudah diingat
Kelemahan Pembelajaran Kooperatif :
·         Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip
·         Sering terjadi debat sepele di dalam kelompok
·         Bisa terjadi kesalahan kelompok

Kelebihan dan kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif sebagai strategi mengajar guru, maka hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi guru dalam penggunaannya. Namun, faktor profesionalisme guru menggunakan model tersebut sangat menentukan dan kesadaran murid mengikuti pembelajaran melalui strategi kelompok. Sasaran pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan belajar siswa sehingga penggunaan model ini akan memungkinkan siswa lebih aktif, kreatif dan mandiri dalam belajar sesuai tuntutan materi pelajaran atau kurikulum.

3.2 Saran
Setelah mempelajari makalah ini diharapkan kita calon pendidik khususnya, memiliki trambahan satu model pembelajaran sebagai bekal untuk melaksanakan proses pembelajaran yang sesungguhnya. Model pembelajaran ini bukanlah satu-satunya model yang harus digunakan oleh guru. Model ini dapat dipadukan dengan model-model pembelajaran lainnya agar peserta didik tidak jenih dan dapat menerima materi pembelajaran dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Gintings, Abdorrakhman. 2008.  Belajar dan Pembelajaran . Bandung : Humaniora.

Budimansyah, Dasim. 2002.  Model Pembelajaran dan Penilaian. Bandung : PT Genesindo.

Slavin, Robert. 2005. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media

Winataputra, Udin. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka




Tidak ada komentar:

Posting Komentar