BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Profesi guru memiliki tugas melayani masyarakat dalam bidang
pendidikan. Tuntutan profesi ini memberikan layanan yang optimal dalam bidang
pendidikan kepada masyarakat. Secara khusus guru dituntut untuk memberikan
layanan professional kepada peserta didik agar tujuan pembelajaran tercapai.
Sehingga guru yang dikatakan professional adalah orang yang memiliki kemampuan
dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melaksanakan tugas
dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.
Profil seorang guru yang baik merupakan salah satu jalan untuk
menjadi guru yang professional. Bagaimana dan seperti apa profil guru yang
diinginkan masyarakat akan dibahas secara lebih terperinci di bab pembahasan.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Seperti apa
profil guru dalam konteks historis, budaya dan professional ?
2.
Bagaimana hasil penelitian tentang profil dan profesi guru saat ini ?
1.3 Tujuan
Makalah
ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas etika profesi.
Selain itu, makalah ini dibuat untuk memberikan pemahaman kepada pembaca pada
umumnya dan calon pendidik khususnya mengenai pentingnya memahami seperti apa
profil guru yang diharapkan masyarakat dan cara-cara untuk menjadi guru ideal
tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Profil Guru dalam Konteks Historis, Budaya dan Professional
2.1.1
Profil guru
dalam konteks historis
Secara historis jabatan guru mengandung arti pelayanan yang luhur.
Panggilan luhur ini terbukti dengan jelas bila kita membaca sejarah pendidikan,
baik di Barat maupun di Timur. Seorang guru adalah “pendagogos” atau pelayan
anak, pelayan yang terhormat yang memanusiakan manusia. Dalam pengertian ini
seorang guru adalah abdi manusia.
Bila kita lihat dunia Timur, di India misalnya system guru Chela
pada jaman Hindu, pada saat itu guru-guru sangat dihormati. Secara jasmani anak
dilahirkan oleh guru. Guru tidak memperoleh gaji, nafkah diperoleh dari
pemberian sukarela. Di Jepang istilah “sensei” merupakan sebutan terhormat bagi
guru-guru di tengah-tengah masyarakat yang memiliki kebudayaan tradisional,
tetapi nilai-nilai budaya yang patut dijunjung tinggi tetap dipertahankan.
Pendidikan di pesantren, misalnya guru atau kiai menjadi tokoh
panutan yang punya kewibawaan rohani yang tinggi. Di lingkungan pendidikan
agama misalnya di biara, para biarawan
tetap menjunjung tinggi pengaruh dan charisma para Romo.
2.1.2
Profil guru
dalam konteks budaya
Dilihat dari segi pusat kebudayaan terdapat beberapa profil guru,
yaitu guru di desa, guru di kota dan guru di daerah industri.
a.
Guru di
Desa
Guru di desa masih dipandang, guru dipandang sebagai orang yang
punya kelebihan. Untuk saat ini belum banyak kaum intelek yang bermukim di
desa, guru dipandang sebagai orang yang lebih banyak tahu, guru lebih
dihormati. Semua tugas dan pendidikan yang menyangkut kehidupan masyarakat,
guru selalu tampil menjadi peran utamanya.
Disamping jadi guru, mungkin juga guru bertugas sebagai ketua
Karang Taruna, ketua perkumpulan olahraga, pemimpin pramuka dan lain-lain. Pada
satu sisi guru dipandang terhormat, pada sisi lain diberi beban dan
tanggungjawab yang terlalu banyak. Akibatnya, bila sedikit saja kesalahan yang
dibuat maka guru menjadi lambing hitam.
b.
Guru di
Kota
Di kota, guru itu sibuk sekedar untuk pengabdian masyarakat,
tetapi ia sibuk berjuang untuk mempertahankan tingkat kehidupan yang secara
ekonomi lebih tinggi daripada di desa. Jadi, guru harus berusaha menambah
pendapatannya agar ia dapat mempertahankan siklus dan tingkat kehidupan
ekonominya. Sejak pagi ia pergi, dan mungkin malam harinya baru pulang ke
rumah, ia harus membuat persiapan untuk mengajar keesokan harinya dan melakukan
secara tergesa-gesa. Akibatnya gairah mengajar dan tanggungjawab nampak
mengalami gangguan psikologis, sering terlambat, suka membolos dengan alasan
yang tak masuk akal. Semuanya merupakan refleksi dari moral kerja yang rendah.
Yang dimaksud dengan moral disini adalah reaksi mental terhadap tugas yang
dikerjakan.
c.
Guru di
Daerah Industri
Di daerah industry, guru memperoleh gaji yang relative cukup.
Namun demikian ada sisi negative yang menimbulkan masalah psikologis. Siswa di
sekolah daerah industry berasal dari orangtua yang terpelajar, sehingga
seringkali para murid dipandang punya pengetahuan yang lebih mantap dari guru.
Karena mereka berasal dari lingkungan keluarga yang terpelajar dan terdidik,
para siswa datang dengan bus sekolah dan sering dengan mobil pribadi orangtua,
sementara guru memakai kendaraan roda dua atau dengan berjalan kaki. Sering
terjadi factor psikologis berpengaruh terhadap kinerja guru.
Peranan guru dipandang kurang utama dan kurang dinamis walaupun
kegiatan mengajar dan mendidik dipandang sangat vital. Mengajar dipandang
sebagai pekerjaan rutin dari kebutuhan masyarakat yang biasa saja. Sedangkan
seorang dokter atau pekerjaan lain pada saat tertentu diperlukan secara cepat
dan tiba-tiba. Keperluan yang tiba-tiba ini memberikan prestise social dan
penghargaan khusus yang memang diperlukan masyarakat.
2.1.3
Profil guru
dalam konteks Profesional
Berbicara tentang profil guru dalam konteks professional berarti
berbicara tentang kualifikasi guru. Guru yang professional memiliki kualifikasi
tertentu. Kualifikasi tersebut adalah sebagai berikut.
a.
Kualifikasi
Personal
Ada berbagai ungkapan untuk melukiskan kualifikasi personal. Yaitu
guru yang baik, guru yang berhasil dan guru yang efektif.
1.
Guru yang
baik (a good teacher)
Guru yang baik mempunyai konotasi sifat/ atribut moral yang baik.
Guru baik bila guru itu dilengkapi dengan sejumlah atribut moral seperti yang
disebut diatas. Guru yang baik dalam penampilan mengajarnya senantiasa:
·
Sabar
·
Jujur
·
Setia
·
Ramah tamah
·
Tegas
·
Taat
(komitmen)
·
Tanggungjawab
·
Berinisiatif
·
Luwes
·
Berwibawa
2.
Guru yang
berhasil (a successful teacher)
Seorang guru dikatakan berhasil bila dalam mengajar ia dapat
menunjukan kemampuannya sehingga tujuan-tujuan yang telah ditentukan dapat
dicapai. Inilah sebabnya setiap guru yang mengajar harus dapat melihat dengan
jelas tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Bila tujuan telah tercapai maka dapat
dikatakan guru itu telah berhasil.
3.
Guru yang
efektif (an efficient teacher)
Guru tersebut efektif bila dapat mendayagunakan waktu dan tenaga
yang sedikit tapi dapat mencapai hasil yang banyak. Guru yang pandai
menggunakan strategi mengajar dan mampu menerapkan metode-metode mengajar
secara berdaya guna dan berhasil guna. Guru tersebut dapat disebut guru yang
efektif.
b.
Kualifikasi
Profesional
LPTK
menegaskan mengenai kualifikasi kompetensi-kompetensi adalah kemampuan
melakukan tugas mengajar dan mendidik yang diperoleh melalui pendidikan dan
latihan.
2.2 Hasil Penelitian Tentang Profil dan Profesi Guru
2.2.1 penelitian dan kajian tentang profil guru dalam berbagai aspek.
Didalam pola pemahaman system tenaga kependidikan di Indonesia
telah dikemukakan tiga dimensi umum kompetensi yang secara tunjang-menunjang
membentuk profil kompetensi professional tenaga kependidikan, yaitu Kompetensi
personal, Kompetensi social dan Kompetensi Profesional.
Ada tiga aspek yang perlu dikaji dari arti kompetensi guru yaitu
aspek kemampuan, aspek kepribadiansifat-sifat baik dan aspek perilaku guru.
Kompetensi guru dikembangkan menurut criteria. Criteria itu bersumber pada
pemahaman terhadap hakikat mengajar. Sejumlah perangkat guru yang dikembangkan
oleh California Council on Teacher
Education. Ada 6 kompetensi, yaitu :
§ mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan belajar
siswa.
§ Membimbing siswa agar mereka dapat mengerti diri mereka sendiri.
§ Menolong siswa agar merekan dapat mengerti dan mewujudkan
nilai-nilai budaya bangsa sendiri.
§ Berpartisipasi secara efektif dalam segala kegiatan sekolah.
§ Membantu memelihara hubungan antara sekolah dan masyarakat.
Witty telah mengumpulkan sejumlah sifat kepribadian yang lebih
diinginkan para siswa. Sifat-sifat guru yang baik antara lain:
-
Mau
bekerjasama dan demokratis.
-
Ramah-tamah
dan suka mendengar orang lain.
-
Sabar.
-
Luas
pandangan dan menaruh perhatian pada orang lain.
-
Penampikan
pribadi yang menyenangkan dan sopan-santun.
-
Jujur.
-
Suka Humor.
-
Kemampuan
kerja yang baik dan konsisten.
-
Menaruh
perhatian pada problem-problem siswa.
-
Fleksibel
dalam cara mengajar.
-
Bisa
menggunakan pujian dan mau memperbaiki.
2.2.2 penelitian dan kajian guru tentang perilaku guru sebagai suatu
profesi.
Sejumlah 971 orang guru pada sebuah sekolah kejuruan dipakai
sebagai sampling untuk memperoleh data tentang reaksi emosi guru terhadap tugas
mereka, kondisi lingkungan hidupnya, suasana keluarga, gaji dan profesi,
kondisi sekolah serta beban kerja mereka. Hasil kesimpulan yang diperoleh
sebagai berikut.
Ø Hanya sebagian saja guru yang merasa puas sebagai guru yang
professional.
Ø Kepuasan professional ditentukan oleh lamanya pengalaman mengajar.
Ø Guru-guru akan lebih puas dalam kerja bila perlengkapan dan
suasana pelayanan program perbaikan yang terencana dengan baik, biaya dan waktu
untuk membantu kelancaran mengajar dan cukup tersedia waktu untuk kegiatan ekstrakurikuler,
serta memperoleh bantuan dari atasan baik dalam bidang administrasi maupun
pencapaian visi pendidikan.
Ø Guru-guru merasa puas dalam jabatan bila mereka punya kepastian
terhadap jaminan hidup masa depan.
Ø Guru-guru akan merasa puas bila lingkungan masyarakat sekitarnya
mampu membantu iklim kehidupan social yang menyenangkan.
Ø Guru-guru yang sudah berumah tangga akan menunjukan kepuasan kerja
lebih baik dari guru yang belum berumah tangga.
2.2.3 Penelitian dan kajian tentang kesehatan mental guru sebagai
suatu profesi.
Dalam melaksanakan tugas profesinya seseorang memerlukan
pemeliharaan khusus terhadap kesehatan, emosi, tingkat pertumbuhan intelegensi
dan aspek sosialnya. Guru sebagai manusia yang lain punya banyak problem.
Problem ini timbul karena kebutuhan pribadi mereka tidak terpenuhi. Beberapa
masalah yang sering muncul adalah sebagai berikut.
a.
Citra guru
di masyarakat
b.
Hubungan kerjasama
dengan rekan sejawat
c.
Hubungan kerjasama
dengan kepala sekolah dan pemilik sekolah
d.
Hubungan Kerjasama
dengan siswa
e.
Keinginan memiliki
hidup yang layak dalam keluarga
f.
Proses memperbaiki
status guru agar menjadi guru yang professional
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Citra guru di masyarakat Negara kita Republik Indonesia berubah
dari waktu ke waktu. Perubahan citra guru tersebut dipengaruhi oleh perubahan
aspirasi masyarakat terhadap jabatan guru. Unjuk kerja guru dan adanya
perubahan persyaratan jabatan guru merupakan dampak dari kemajuan dan
tekhnologi. Bagaimana dan seperti apa profil guru dalam konteks historis,
budaya dan professional.
Secara historis jabatan guru mengandung arti pelayanan yang luhur.
Panggilan luhur ini terbukti dengan jelas bila kita membaca sejarah pendidikan,
baik di Barat maupun di Timur. Seorang guru adalah “pendagogos” atau pelayan
anak, pelayan yang terhormat yang memanusiakan manusia. Dalam pengertian ini
seorang guru adalah abdi manusia. Dalam konteks budaya, profil guru dilihat
dari perspektif lingkungan tempat ia mengajar seperti guru di desa; guru di
kota; dan guru di kawasan industry. Dalam konteks professional berarti
berbicara tentang kualifikasi guru. Guru yang professional memiliki kualifikasi
tertentu. Kualifikasi tersebut adalah kualifikasi personal dan kualifikasi
professional.
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca umumnya dan calon
pendidik khususnya mampu memaknai seperti apa profil guru yang baik dan dicari
masyarakat. Sehingga kelak, dunia kerja akan sangat menyambut baik kehadiran
kita sebagai seorang abdi masyarakat yang siap mencerdaskan anak bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Heriati, Tati
dkk. 2008. Modul Profesi Keguruan. Bandung :
Lembaga Penelitian Universitas Pasundan.
Kosasi, Raflis. 2009. Profesi
Keguruan . Jakarta : Rineka Cipta.
Saondi, Ondi. 2010. Etika Profesi Keguruan. Bandung : PT Refika Aditama.
Supriyadi,
Edi. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta : Diadit Media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar