Selasa, 10 Januari 2012

Profil guru


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Profesi guru memiliki tugas melayani masyarakat dalam bidang pendidikan. Tuntutan profesi ini memberikan layanan yang optimal dalam bidang pendidikan kepada masyarakat. Secara khusus guru dituntut untuk memberikan layanan professional kepada peserta didik agar tujuan pembelajaran tercapai. Sehingga guru yang dikatakan professional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.
Profil seorang guru yang baik merupakan salah satu jalan untuk menjadi guru yang professional. Bagaimana dan seperti apa profil guru yang diinginkan masyarakat akan dibahas secara lebih terperinci di bab pembahasan.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Seperti apa profil guru dalam konteks historis, budaya dan professional ?
2.      Bagaimana hasil penelitian tentang profil dan profesi guru saat ini ?

1.3  Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas etika profesi. Selain itu, makalah ini dibuat untuk memberikan pemahaman kepada pembaca pada umumnya dan calon pendidik khususnya mengenai pentingnya memahami seperti apa profil guru yang diharapkan masyarakat dan cara-cara untuk menjadi guru ideal tersebut.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Profil Guru dalam Konteks Historis, Budaya dan Professional
2.1.1        Profil guru dalam konteks historis
Secara historis jabatan guru mengandung arti pelayanan yang luhur. Panggilan luhur ini terbukti dengan jelas bila kita membaca sejarah pendidikan, baik di Barat maupun di Timur. Seorang guru adalah “pendagogos” atau pelayan anak, pelayan yang terhormat yang memanusiakan manusia. Dalam pengertian ini seorang guru adalah abdi manusia.
Bila kita lihat dunia Timur, di India misalnya system guru Chela pada jaman Hindu, pada saat itu guru-guru sangat dihormati. Secara jasmani anak dilahirkan oleh guru. Guru tidak memperoleh gaji, nafkah diperoleh dari pemberian sukarela. Di Jepang istilah “sensei” merupakan sebutan terhormat bagi guru-guru di tengah-tengah masyarakat yang memiliki kebudayaan tradisional, tetapi nilai-nilai budaya yang patut dijunjung tinggi tetap dipertahankan.
Pendidikan di pesantren, misalnya guru atau kiai menjadi tokoh panutan yang punya kewibawaan rohani yang tinggi. Di lingkungan pendidikan agama  misalnya di biara, para biarawan tetap menjunjung tinggi pengaruh dan charisma para Romo.
2.1.2        Profil guru dalam konteks budaya
Dilihat dari segi pusat kebudayaan terdapat beberapa profil guru, yaitu guru di desa, guru di kota dan guru di daerah industri.
a.       Guru di Desa
Guru di desa masih dipandang, guru dipandang sebagai orang yang punya kelebihan. Untuk saat ini belum banyak kaum intelek yang bermukim di desa, guru dipandang sebagai orang yang lebih banyak tahu, guru lebih dihormati. Semua tugas dan pendidikan yang menyangkut kehidupan masyarakat, guru selalu tampil menjadi peran utamanya.
Disamping jadi guru, mungkin juga guru bertugas sebagai ketua Karang Taruna, ketua perkumpulan olahraga, pemimpin pramuka dan lain-lain. Pada satu sisi guru dipandang terhormat, pada sisi lain diberi beban dan tanggungjawab yang terlalu banyak. Akibatnya, bila sedikit saja kesalahan yang dibuat maka guru menjadi lambing hitam.
b.      Guru di Kota
Di kota, guru itu sibuk sekedar untuk pengabdian masyarakat, tetapi ia sibuk berjuang untuk mempertahankan tingkat kehidupan yang secara ekonomi lebih tinggi daripada di desa. Jadi, guru harus berusaha menambah pendapatannya agar ia dapat mempertahankan siklus dan tingkat kehidupan ekonominya. Sejak pagi ia pergi, dan mungkin malam harinya baru pulang ke rumah, ia harus membuat persiapan untuk mengajar keesokan harinya dan melakukan secara tergesa-gesa. Akibatnya gairah mengajar dan tanggungjawab nampak mengalami gangguan psikologis, sering terlambat, suka membolos dengan alasan yang tak masuk akal. Semuanya merupakan refleksi dari moral kerja yang rendah. Yang dimaksud dengan moral disini adalah reaksi mental terhadap tugas yang dikerjakan.
c.       Guru di Daerah Industri
Di daerah industry, guru memperoleh gaji yang relative cukup. Namun demikian ada sisi negative yang menimbulkan masalah psikologis. Siswa di sekolah daerah industry berasal dari orangtua yang terpelajar, sehingga seringkali para murid dipandang punya pengetahuan yang lebih mantap dari guru. Karena mereka berasal dari lingkungan keluarga yang terpelajar dan terdidik, para siswa datang dengan bus sekolah dan sering dengan mobil pribadi orangtua, sementara guru memakai kendaraan roda dua atau dengan berjalan kaki. Sering terjadi factor psikologis berpengaruh terhadap kinerja guru.
Peranan guru dipandang kurang utama dan kurang dinamis walaupun kegiatan mengajar dan mendidik dipandang sangat vital. Mengajar dipandang sebagai pekerjaan rutin dari kebutuhan masyarakat yang biasa saja. Sedangkan seorang dokter atau pekerjaan lain pada saat tertentu diperlukan secara cepat dan tiba-tiba. Keperluan yang tiba-tiba ini memberikan prestise social dan penghargaan khusus yang memang diperlukan masyarakat.
2.1.3        Profil guru dalam konteks Profesional
Berbicara tentang profil guru dalam konteks professional berarti berbicara tentang kualifikasi guru. Guru yang professional memiliki kualifikasi tertentu. Kualifikasi tersebut adalah sebagai berikut.
a.       Kualifikasi Personal
Ada berbagai ungkapan untuk melukiskan kualifikasi personal. Yaitu guru yang baik, guru yang berhasil dan guru yang efektif.
1.      Guru yang baik (a good teacher)
Guru yang baik mempunyai konotasi sifat/ atribut moral yang baik. Guru baik bila guru itu dilengkapi dengan sejumlah atribut moral seperti yang disebut diatas. Guru yang baik dalam penampilan mengajarnya senantiasa:
·         Sabar
·         Jujur
·         Setia
·         Ramah tamah
·         Tegas
·         Taat (komitmen)
·         Tanggungjawab
·         Berinisiatif
·         Luwes
·         Berwibawa
2.      Guru yang berhasil (a successful teacher)
Seorang guru dikatakan berhasil bila dalam mengajar ia dapat menunjukan kemampuannya sehingga tujuan-tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai. Inilah sebabnya setiap guru yang mengajar harus dapat melihat dengan jelas tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Bila tujuan telah tercapai maka dapat dikatakan guru itu telah berhasil.
3.      Guru yang efektif (an efficient teacher)
Guru tersebut efektif bila dapat mendayagunakan waktu dan tenaga yang sedikit tapi dapat mencapai hasil yang banyak. Guru yang pandai menggunakan strategi mengajar dan mampu menerapkan metode-metode mengajar secara berdaya guna dan berhasil guna. Guru tersebut dapat disebut guru yang efektif.

b.      Kualifikasi Profesional
LPTK menegaskan mengenai kualifikasi kompetensi-kompetensi adalah kemampuan melakukan tugas mengajar dan mendidik yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan.

2.2  Hasil Penelitian Tentang Profil dan Profesi Guru
2.2.1  penelitian dan kajian tentang profil guru dalam berbagai aspek.
Didalam pola pemahaman system tenaga kependidikan di Indonesia telah dikemukakan tiga dimensi umum kompetensi yang secara tunjang-menunjang membentuk profil kompetensi professional tenaga kependidikan, yaitu Kompetensi personal, Kompetensi social dan Kompetensi Profesional.
Ada tiga aspek yang perlu dikaji dari arti kompetensi guru yaitu aspek kemampuan, aspek kepribadiansifat-sifat baik dan aspek perilaku guru. Kompetensi guru dikembangkan menurut criteria. Criteria itu bersumber pada pemahaman terhadap hakikat mengajar. Sejumlah perangkat guru yang dikembangkan oleh California Council on Teacher Education. Ada 6 kompetensi, yaitu :
§  mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan belajar siswa.
§  Membimbing siswa agar mereka dapat mengerti diri mereka sendiri.
§  Menolong siswa agar merekan dapat mengerti dan mewujudkan nilai-nilai budaya bangsa sendiri.
§  Berpartisipasi secara efektif dalam segala kegiatan sekolah.
§  Membantu memelihara hubungan antara sekolah dan masyarakat.
Witty telah mengumpulkan sejumlah sifat kepribadian yang lebih diinginkan para siswa. Sifat-sifat guru yang baik antara lain:
-          Mau bekerjasama dan demokratis.
-          Ramah-tamah dan suka mendengar orang lain.
-          Sabar.
-          Luas pandangan dan menaruh perhatian pada orang lain.
-          Penampikan pribadi yang menyenangkan dan sopan-santun.
-          Jujur.
-          Suka Humor.
-          Kemampuan kerja yang baik dan konsisten.
-          Menaruh perhatian pada problem-problem siswa.
-          Fleksibel dalam cara mengajar.
-          Bisa menggunakan pujian dan mau memperbaiki.
2.2.2  penelitian dan kajian guru tentang perilaku guru sebagai suatu profesi.
Sejumlah 971 orang guru pada sebuah sekolah kejuruan dipakai sebagai sampling untuk memperoleh data tentang reaksi emosi guru terhadap tugas mereka, kondisi lingkungan hidupnya, suasana keluarga, gaji dan profesi, kondisi sekolah serta beban kerja mereka. Hasil kesimpulan yang diperoleh sebagai berikut.
Ø  Hanya sebagian saja guru yang merasa puas sebagai guru yang professional.
Ø  Kepuasan professional ditentukan oleh lamanya pengalaman mengajar.
Ø  Guru-guru akan lebih puas dalam kerja bila perlengkapan dan suasana pelayanan program perbaikan yang terencana dengan baik, biaya dan waktu untuk membantu kelancaran mengajar dan cukup tersedia waktu untuk kegiatan ekstrakurikuler, serta memperoleh bantuan dari atasan baik dalam bidang administrasi maupun pencapaian visi pendidikan.
Ø  Guru-guru merasa puas dalam jabatan bila mereka punya kepastian terhadap jaminan hidup masa depan.
Ø  Guru-guru akan merasa puas bila lingkungan masyarakat sekitarnya mampu membantu iklim kehidupan social yang menyenangkan.
Ø  Guru-guru yang sudah berumah tangga akan menunjukan kepuasan kerja lebih baik dari guru yang belum berumah tangga.
2.2.3 Penelitian dan kajian tentang kesehatan mental guru sebagai suatu profesi.
Dalam melaksanakan tugas profesinya seseorang memerlukan pemeliharaan khusus terhadap kesehatan, emosi, tingkat pertumbuhan intelegensi dan aspek sosialnya. Guru sebagai manusia yang lain punya banyak problem. Problem ini timbul karena kebutuhan pribadi mereka tidak terpenuhi. Beberapa masalah yang sering muncul adalah sebagai berikut.
a.       Citra guru di masyarakat
b.      Hubungan kerjasama dengan rekan sejawat
c.       Hubungan kerjasama dengan kepala sekolah dan pemilik sekolah
d.      Hubungan Kerjasama dengan siswa
e.       Keinginan memiliki hidup yang layak dalam keluarga
f.       Proses memperbaiki status guru agar menjadi guru yang professional







BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Citra guru di masyarakat Negara kita Republik Indonesia berubah dari waktu ke waktu. Perubahan citra guru tersebut dipengaruhi oleh perubahan aspirasi masyarakat terhadap jabatan guru. Unjuk kerja guru dan adanya perubahan persyaratan jabatan guru merupakan dampak dari kemajuan dan tekhnologi. Bagaimana dan seperti apa profil guru dalam konteks historis, budaya dan professional.
Secara historis jabatan guru mengandung arti pelayanan yang luhur. Panggilan luhur ini terbukti dengan jelas bila kita membaca sejarah pendidikan, baik di Barat maupun di Timur. Seorang guru adalah “pendagogos” atau pelayan anak, pelayan yang terhormat yang memanusiakan manusia. Dalam pengertian ini seorang guru adalah abdi manusia. Dalam konteks budaya, profil guru dilihat dari perspektif lingkungan tempat ia mengajar seperti guru di desa; guru di kota; dan guru di kawasan industry. Dalam konteks professional berarti berbicara tentang kualifikasi guru. Guru yang professional memiliki kualifikasi tertentu. Kualifikasi tersebut adalah kualifikasi personal dan kualifikasi professional.

3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca umumnya dan calon pendidik khususnya mampu memaknai seperti apa profil guru yang baik dan dicari masyarakat. Sehingga kelak, dunia kerja akan sangat menyambut baik kehadiran kita sebagai seorang abdi masyarakat yang siap mencerdaskan anak bangsa.





DAFTAR PUSTAKA

Heriati, Tati dkk. 2008.  Modul Profesi Keguruan. Bandung : Lembaga Penelitian Universitas Pasundan.

Kosasi,  Raflis. 2009.  Profesi Keguruan . Jakarta : Rineka Cipta.

Saondi, Ondi. 2010.  Etika Profesi Keguruan. Bandung : PT Refika Aditama.

Supriyadi, Edi. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta : Diadit Media.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar